BugisPos, Makassar – Peluncuran dan Diskusi Buku 100 Tahun M. Basir, Lebih Berkuasa Dari Para Penguasa diadakan di Mallorca Room lantai 7 Melia Hotel Jalan Mappanyukki, Minggu (12/2/2022).
Buku karya Maysir Yulanwar yang merupakan cucu dari M. Basir, menghadirkan pembicara yaitu, Dahlan Abubakar (wartawan senior), Saiful Arif (Wabup Selayar) serta moderator Rusdin Tompo (koordinator SatuPena Sulsel) dan acara ini dipandu oleh Rahmat Soni (seniman).
Peluncuran dan diskusi buku ini tepat seratus tahun sejak kelahiran legenda pers M. Basir.
Acara dibuka oleh pemandu acara Rahmat Soni Dg. Romo didampingi dengan iringan keso-keso diawali dengan video memorabilia M. Basir.
Kemudian mengawali diskusi, Rusdin Tompo selaku moderator memperkenalkan para pemateri, yaitu Saiful Arif, Dahlan Abubakar dan penulis Buku 100 tahun M. Basir yang juga cucu M. Basir, Maysir Yulanwar.
Membuka diskusi, Dahlan Abubakar yang juga mantan Pemimpin Redaksi Pedoman Rakyat mengawali kisahnya dengan kejadian gempa di Mamuju, dimana Gubernur Sulsel beserta beberapa wartawan minus wartawan Pedoman Rakyat (PR).
“Ketika itu saya masuk dengan cara mengendap-endap, tapi suara pijakan kaki saya kedengaran oleh beliau (M. Basir). Beliau kemudian bertanya, “Eni, siapa itu,” tanya M. Basir, “Dahlan, Pak,” jawab Eni, “suruh kesini,” perintah M. Basir. Beliau kemudian memerintahkan saya untuk saat itu ke Mamuju menyusul Gubernur,” kisahnya.
Walhasil, lanjut Dahlan, dia kemudian menyewa angkutan umum untuk ke Mamuju.
“Sayangnya sewaktu di Tapalang rombongan gubernur sudah balik ke Makassar, saya baru menuju Mamuju. Namun syukurnya berita saya yang muncul duluan,” kisahnya.
Pelajaran dari M. Basir, tukas Dahlan kemudian, bahwa M. Basir itu mengajarkan para wartawan untuk menganalisis sesuai etika.
“Dan terutama yang ditekankan adalah agar berita dikonfirmasi,” pesannya mewakili ucapan M.Basir.
Sementara itu, Saiful Arif yang juga mantan wartawan PR mengawali dengan mengungkit judul “Lebih Berkuasa dari Para Penguasa”.
“Awalnya saya kira menelisik judul buku ini adalah bahwa M. Basir ini seperti Fir’aun,” ucapnya.
“Namun setelah saya baca lebih lanjut, ternyata saya salah, dan minta maaf kepada beliau, utamanya tulisan bahwa buku ini didedikasikan untuk para insan seniman, wartawan dan pejabat pemerintah yang menganggap ketulusan mengabdi dan berkarya adalah bukti rasa syukur pada kebaikan maha kuasa dan jawaban atas kebutuhan peradaban Indonesia raya,” ucapnya.
“Dan pesannya yang paling diingat adalah terkait pariwisata, yaitu pariwisata tidak perlu membangun hotel yang megah tapi keaslian dari alamnya,” pungkasnya.
Sedikit suasana haru terasa ketika Maysir Yulanwar menyampaikan proses pembuatan buku ini.
“Sebenarnya buku ini direncakan pada 20 tahun yang lalu, namun ini saya rasa, saya masuk ke ruang gelap yang tak mau saya jalani, namun saya disadarkan oleh saudara sepupu saya bahwa pada tanggal 12 Februari 2023 itu adalah 100 tahun Bapak M. Basir. Sejak itu saya mendapatkan tonic, sehingga buku ini berada ditangan kita, kata Maysir dengan suara sedikit tersekat.
Kemudian Maysir menceritakan tentang kisah pencarian tempat untuk peluncuran buku hingga memilih Hotel Melia.
“Awalnya kita pilih di salah satu hotel di bilangan jalan Saleh Dg. Tompo, namun entah kenapa bisa kita deal disini. Saya tak percaya yang gaib tapi ini seperti ada M. Basir yang hadir disini,” tambahnya.
“Kenapa M. Basir memilih di sini, karena di depan hotel ini, adalah kantor Pedoman Rakyat,” lanjut cucu M. Basir ini.
“Terakhir teringat pesan ayah saya bahwa saya harus selalu membuat Basir besar dengan membuat karya yang besar juga,” kunci Maysir.
Dalam Buku 100 Tahun M. Basir sangat spesial karena memuat testimoni beberapa pejabat penting di antaranya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bahkan testimoni dari Presiden RI Joko Widodo.
Selain itu ada juga testimoni dari Anggota DPR RI Fadly Zon dan Ekonom Senior Rizal Ramli.
Acara ini diramaikan juga dengan pembacaan puisi oleh Asmin Amin dan Rosita Desriani dan dihadiri oleh sejumlah sastrawan seperti Yudhistira Sukatanya, M. Amir Jaya, Ishakim dan Suradi Yasil.
Hadir pula sejumlah wartawan senior seperti Anwar Lakasi, Iwan Azis, Andi Patarai Wawo, Fredrich Kuen, Rusdi Embas, Manaf, James Wehantouw, Rukman Nawawi serta beberapa wartawan Pedoman Rakyat.co.id.
Hadir pula mewakili Wali Kota Makassar, Kepala Dinas Perpustakaan Makassar Tenri A. Palallo serta mewakil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan M. Zahir Juana.
Usai diskusi, dibagikan pula sertifikat kepada para pemateri serta kepada tokoh yang hadir oleh Anwar Rivai (Ayahanda Maysir Yulanwar).
Terima Kasih Anda Telah Melakukan Survei Mengenai Layanan Kami